Jumat, 30 Oktober 2009

TANPA JUDUL

Tanpa Judul

Lelah ragaku bperang melawan dunia..
Lelah jiwaku b
gelut melawan hawa nafsu...
Aku hampir kalah dan m
nyerah, peluh dan emosi menghiasi hari2ku,..
Gelap gulita kurasakan d sekelilingku...
Aku b
teriak, tp tak ada seorangpun mdengarku...
aku b
lari, tp tak kunjung ku temukan tujuanku...

Dimana cahaya itu?
Cahaya yg pernah kau berikan sebagai penunjuk jalanku...
Dimana harapan itu?
Harapan yg dl pernah kw jnjikan pdku...
Dimana kekuatan itu?
Kekuatan yg setiap pagi kulihat dimata indahmu,...

Kembalikan smua padaku..!!
Sedikit belas kasihmu yg akan mrubah hidupku,
Jangan pernah biarkan aku t
jatuh....

Dan hanyut meninggalkanmu.....

ya Rabb,...peliharalah hati ini....

=====Hujan telah turun...menerbitkan titik-titik bening di pucuk-pucuk mulberry. Dedaunan basah..
Tak lama, daun daun itu mengerjap dan tumbuh malu-malu.. Ulat-ulat sutera pun riang mengunyah sambil bertasbih memuji asma Alloh. Allahuu Akbar......!
Suasana pagi yang sejuk, dingin merasuk ke dalam sendi-sendi begitu mendamaikan hati.
Yasha memperbaiki letak jilbab yang dipakainya. Ia menatap lekat cermin dihadapannya. "Hmmm..cantik!" gumamnya dlm hati. Paras ayu gadis berusia 24 thn kini tampak memancarkan pesona kedewasaan dan kesahajaan. Gamis berwarna biru membalut anggun tubuhnya. Hatiny pun mulai berdesis lirih..
"Alloh...inilah aku kepunyaanMu. Mohon peliharalah hati ini agar tak ternodai dengan nafsu dan amarah. Agar pendar-pendar cinta yang mulai tumbuh ini mampu aku kendalikan sekuat tenagaku. Robb... biarkan cinta ini tetap suci dan sakral bagiku,hingga suatu saat nanti aku bersedia memberikannya kepada insan pilihanMu dengan penuh kerelaan. Wahai pemilik nyawaku.. untuk saat ini ijinkan aku mensyukuri lautan nikmat kasihMu ini dlm setiap bagian tarbiyahku dengan bingkai takwa dan kualitas iman yng matang..Amiin ." Tanpa terasa butir-butir bening mulai membasahi jilbab panjangny itu. yasha bergegas meninggalkan kamarnya sambil menyeka airmata dengan sapu tangan yang digenggamnya.

Keluar dari jama’ah...

hanya pengingat untuk diri ini...semoga bisa tetep istiqomah di jalan-Nya...(amiiin)


"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da
wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang madu kepada seorang murobbinya di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri madunya.

"lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad
u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad
u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. " Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat.
Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad
u. Tak ayal, sang madu menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah? " Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang murobbi lagi.

Sang mad
u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkattangannya :"Cukup akhi, cukup. Ana sadar.. maafkan Ana…. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan… " .

Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad
u berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.

Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama
ah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah taala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da
i. kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.

"Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isyu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya. "

Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad
u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang madu sibuk membangunkan madu yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu sang madu menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jamaah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian…

Awas Jangan Taaruf Dengan

Hati-hati dg Oknum Lelaki Message/Chat facebook berisi: "Salam ukhuwah ukhti" (Padahal bahasa arab tidak mengerti),
Jam 3 Pagi Kirim:"Sudah Shalat Tahajud? tahaujjud ya..." (padahal dia mau Nonton Bola).

Lelaki ini aslinya ahli pacaran, namun menyamar dengan "casing" Ikhwan,
dengan "Software" bajakan
yang berisi "Salam ukhuwah ukhti" "Sudah Shalat Tahajud"
"Met Milad Ukhti, semoga panjang umur"

SMS dan Message itu keluar dari lelaki dengan terpaksa mengganti casingnya dari jeans ketat dan kaus oblong menjadi
baju koko, Celana Bahan ada yang ngatung juga, memelihara janggut dan ikut2an masuk ke pengajian atau ke masjid duduk di belakang (biar deketan)
dengan sering nengok ke belakang mata jelalatan mencari incaran.

Lelaki dengan casing begitu sangat nyaman sentosa beraksi di dunia maya, cukup dengan pasang foto sok alim, meniru-niru gaya bahasa arab
menjadi modal merayu akhwat (yang kurang iman dan labil)

Kesimpulan,

Bila berkenalan dengan siapapun, jangan langsung tertipu dengan foto/penampilan dan gaya tulisan, jangan langsung memberi nomor HP
hanya karena terpana message dengan konten bahasa ke-arab-araban.

Intinya: jangan terburu-buru Percaya,Jangan melayani Bercanda,
Kalau ingin membuktikan ke-asli-an sholeh atau tidak,
cuma dengan cara:
1.ajak diskusi yang mendetail tentang soal tauhid, hati-hati bila jawabannya ngaco dan nyeleneh.gunakan perangkap
sepandai-pandai tupai meloncat akhirnya jatuh juga. Bila lelaki penyamar ini pandai berdusta suatu ketika ada kata yang membuatnya ketahuan berdusta

2.(paling penting) menyaksikannya apakah dia rutin pergi ke masjid (terutama shalat shubuh dan Isya Berjamaah ditambah rajin ke pengajian di masjid)

kalau cuma sekali-sekali bin jarang ke masjid, maka diragukan kesholihan dan keimanannya. ini bukan kata saya lho,
ini ada Rujukannya:

AlQuran

QS 9:18

dan hadits nabi

“Apabila Kamu sekalian melihat seseorang masuk masjid, maka saksikanlah bahwa ia benar benar beriman”

Baca Juga

AGAR DAPAT JODOH BERGELAR MM

Kisah Jaka Taaruf

Ketika "Gym" Menjadi "Jimmy"

Kabayanisme Jilid IV

Seakan sejarah reduksionisasi kehanifan Ki sunda harus terus berulang....

Kehanifan Ki Sunda yang terus berusaha memasuki Islam secara Kaaffah... ternyata mempunyai keunikan sejarah tersendiri.... berlaku dimasa lampau hingga dimasa modern saat ini

Jauh sebelum Wali Songgo berkiprah susah payah memperkenalkan "Sufisme" kepada masyarakat Jawa.... Ternyata salah satu leluhur sunda telah dapat menunaikan ibadah haji.... dialah Bratalegawa yang kemudian bergelar Haji Purwa... mungkin karena pertama kalinya tercatat dalam sejarah sebagai seorang Haji pertama di Nusantara... hingga digelari haji purwa.

Jauh sebelum KTP muslim diberlaku di era pemerintahan modern.... maka sebagian besar masyarakat di masa padjadjaran telah diberi tauladan untuk menerapkan amalan sosial yang Islami oleh para elite padjadjaran yang sebagian ada yang telah muslim... padahal pada saat itu Raja-nya sendiri yaitu Prabu Wangi diyakini belumlah menjadi seorang Muslim... hanya diketahui bahwa istri dan ketiga anaknya memang telah ber-KTP Muslim...

Hingga kini ... teladan pola hidup islami yang coba ditanamkan oleh elitis padjadjaran masih dapat terekam sebagian jejak-jejaknya dalam legenda hidup urang Baduy Kanekes dan Komunitas Ciptagelar Gunung Halimun... Mereka banyak yang bukan muslim tapi seringkali prilaku sosialnya justru "lebih" Islami dibanding masyarakat Muslim modern di Nusantara...

Salah satu tujuan mulia dari pembumian prilaku sosial Islami di kalangan masyarakat padjadjaran saat itu... boleh jadi adalah didasari tujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seke-seler sunda yang telah muslim agar dapat menapaki jalan menuju kaum muslimin Kaaffah dikemudian hari.... mengingat anak istri Prabu Wangi dan pamannya Bratalegawa telah tercatat sebagai muslim di padjadjaran.... sehingga lambat tapi pasti maka seke-seler urang sunda nantinya tidak akan terjebak kedalam standar ganda ...yaitu menjadi Muslim "berbulu" Sunda... tapi dapat menjadi Muslim secara fardiah dan berprilaku Muslim pula secara sosial-muamalah... demikianlah sekilas rekam jejak upaya holistik leluhur sunda dalam memasuki Islam secara Kaaffah..... Subhanalloh.

Tapi sejarah berkehendak lain.... ketika padjadjaran Runtuh dan masyarakat sunda kemudian dikuasai kaum "sufisme jawa" dari Mataram.... Maka upaya holistik leluhur sunda tersebut lambat laun direduksi ..... Islam Kaaffah yang ditujui ... kemudian direduksi menjadi "Sufisme Jawa".... dengan kata lain dalam Sufisme Jawa maka sunda-muslim dipersilahkanlah untuk bermuslim ria dalam urusan ketuhanan saja ... sedangkan dalam ranah sosial haruslah berfeodal ria dan ber-totokromo koyo wong jowo... tumbuhlah kemudian masyarakat muslim berstandar ganda.... Muslim-sunda berbulu "feodal jawa"... Naudzubillah.

Hingga tersebutlah kisah seorang Kisunda pada sekitar abad 18 yang hendak bermuslim baik secara fardiah dan sekaligus dalam munakahat... kemudian tentu saja dapat berlanjut kedalam muamallah, sebagaimana ditujui oleh para lelehurnya.... namun standar ganda dalam kehidupan muslim-sunda berbulu "feodal jawa" telah berlaku secara massive.... dalam urusan menikah bukanlah lagi dipersyaratkan berdasarkan kadar kemusliman antara si jejaka dan si gadis....Tetapi ditentukan oleh "feodalisme" mengacu pada bibit-bobot-bebet.... Mana mungkin seorang muslim dari kalangan Petani dapat menikahi seorang gadis muslim dari kalangan "priyayi".... Hingga akhirnya hebohlah jagat muslim-sunda berstandar ganda kala itu.... dimana seorang muslim "tukang pembawa BAYAN" dari kalangan petani koq berani-beraninya mau menyempurnakan dien dengan gadis muslim dari kalangan priyayi.... maka kehebohan episode pernikahan beda kasta tersebut... dimana seorang pembawa Bayan sekalipun.... tidaklah boleh menikahi seorang musliman dengan bermodal "Bayan" aturan munakahat berdasarkan tuntunan Islam... karena dalam pernikahan harus menjunjung tinggi "feodalisme" jawa yang telah berlaku dalam kalangan kaum sufisme berkat ditanamkannya feodalisme oleh laskar mataram di tanah sunda..... hingga lahirlah Fenomena KABAYAN "si borokokok yang tidak mau bertotokromo koyo wong jowo... Padahal berdasarkan Bayan tuntunan islami yang diusungnya maka menikah diantara sesama muslim bukanlah ditentukan kasta tetapi ditentukan kemusliman diantara keduanya.... Namun Bayan tinggalah bayan.... sesuci apapun bayan Islami tersebut... tidaklah mungkin dapat berlaku pada kalangan muslim berstandar ganda.... Hingga benturan sosial dari pola hidup standar ganda tersebut seakan menjadi episode hidup tanpa "happy ending" bagi seke-seler muslim sunda yang hendak mewujudkan kaum muslimin Kaaffah sebagaimana ditujui leluhurnya...

Adalah dimasa kini .... seorang seke-seler Sunda.... bermodal bayan pula hingga digelari "dai" dan akrab dipangggil dengan sapaan AA Gym.... seorang pribadi muslim yang berusaha memuslimkan saudara-saudaranya... keluarganya ... hingga tentu saja masyarakat luas, sebagaimana ditujui oleh para leluhur sunda... hingga terpancar-luaslah syiar dakwah fardiah dan sosialnya ...tak tanggung-tanggung syiarnya tersebut mampu melanglang buana hingga ke manca negara... kira-kira "achievment"-nya tersebut diraih dalam tempo sepuluh tahunan.... jadilah beliau sebagai panutan UMMAT walau tidak diraih secara dadakan....

Namun lagi-lagi.... seperti halnya Tragedi "si borokokok".... maka upaya syiarnya tersebut harus bernasib serupa dengan kabayan.... yaitu berbenturan dengan standar ganda yang dianut oleh muslim berprilaku feodal.... muslimah berprilaku feminis... atau mungkin lebih dahsyat lagi ... yaitu berbenturan dengan sebagian kaum muslimin berstandar triple... dan seterusnya... boleh bermuslim ... tapi harus feodal... harus pula feminis... nasionalis... bahkan neo-liberalis pun bolehlah...

Tertempuhlah suatu episode hidup Islami yang dicontohkan oleh Uswatun Hasanah... rasululloh SAW.... yaitu tibalah moment melaksanakan "poligami" dengan segala pernak-perniknya.... sebuah bayan dari tuntunan Islami....

Tapi sesuci apapun bayan Islami dari poligami.... maka hal itu tidaklah boleh berlaku dalam masyarakat muslim yang menerapkan double standar... bahkan kini mungkin sudah triple standar.... MAKA hebohlah episode poligami yang beliau jalani tersebut.... tak tanggung-tanggung "dihujatlah" dengan heboh sang panutan ummat tersebut.... hanya marga lantaran episodenya tersebut berbenturan dengan kaum reduksionist yang hanya ingin Islam berlaku dalam hubungan Habluminalloh semata, sebagaimana dimaui oleh kaum Sufisme jawa.... Maka poligami "suci" adalah laknat bagi muslim-feminis yang menerapkan standar ganda... tak terkecuali ketika polagami tersebut ditempuh oleh seorang panutan ummat sekalipun. Padahal dalam kiprah seorang muslim lainnya yang sama-sama pula menerapkan poligami... hanya saja dia adalah seorang wakil presiden ketika seorang presiden perempuan memimpin negara antah berantah.... maka tak ada ada hujatan bagi sang wakil presiden tersebut sehebat yang ditimpakan kepada sang panutan ummat.... tiada lain karena memang telah berlaku lama sekali kaidah Feodalisme hasil penanaman kaum sufisme jawa... dimana dalam kaidah feodalisme, rakyat jelata hingga intelek sekalipun ...walaupun menganut feminisme tidaklah boleh menghujat kasta tertinggi di negeri antah berantah warisan mataram dan majapahit ini....

Yang tersisa kini hanyalah reduksionisasi kehanifan Ki Sunda.... Jika dahulu kehebokan akibat nikah beda kasta... maka bagi seorang pembawa bayan penikahan islami saat itu.... direduksilah jadi sosok kabayan si borokokok... lucu... pandir... tapi tetap saja dapat terpancar sisa-sisa aktifitas membawa bayan yang bernuansa islami.... padahal selucu apapun kabayan hasil reduksionisasi... sosok aslinya adalah seorang Ki sunda yang selalu tak mungkin terpisahkan dari terselipnya tradisi kelakar dalam pola hidupnya... tapi dia adalah pembawa bayan bagi masyarakat muslim-sunda berstandar ganda.

Hingga reduksionisasi serupa kabayan berlaku pula di masa modern sekarang ini... seorang panutan Ummat... bersorban unik... sering pula berkelakar lucu disela-sela dakwahnya.... maklum Ki Sunda dan kelakarnya seakan setali dua uang.... tak terpisahkan satu dengan lainnya... dan direduksilah sang panutan ummat berdarah sunda tersebut.... menjadi sosok komedian... bersorban unik pula... ber-lentong unik pula... persis seperti pinang dibelah dua... dan AA Gym kini direduksi menjadi AA Jimmy (yang sementara ini seorang komedian).

Sekiranya anak cucu kita kelak .... hanyalah berkesempatan mengenal sosok komedian lucu AA Jimmy.... padahal komedian itu adalah "tiruan" dari sang panutan ummat.... dimana sang komedian hanya bisa menampilkan sisi kelakarnya semata... dan tak mungkin menampilkan sisi-sisi "islamis" lainnya dari sosok Panutan Ummat.... maka terulang sejarah reduksionisasi sang pembawa BAYAN menjadi KABAYAN dengan sosoknya yang hanya mampu menampilkan sosok lucu semata bagi orang yang berinteraksi dengannya.... padahal sosok aslinya adalah seorang pembawa bayan tentang kaidah-kaidah sosial-kemasyarakatan yang Islami.

Dahulu seorang Ki Sunda sang pembawa BAYAN direduksi menjadi KABAYAN nan lucu... pandir... "si borokokok"

Sekarang seorang Ki Sunda pula ... AA Gym direduksi menjadi AA Jimmy nan komedian....

mohon beribu maaf atas sebutan inisial yang termaktub..... Tiada lain "Untaian Tulisan" ini hanyalah suatu sarana introspeksi internal bagi seke-seler sunda yang selalu berniat dan berusaha memasuki Islam secara Kaaffah, sebagaimana ditujui oleh para leluhurnya walau harus selalu berbenturan dengan standar ganda yang selalu diusung oleh kaum reduksionist..... Walahualam.....

Ketika Menjemput dan Bersambut

Banyak pembahasan mengenai jodoh dan cinta, dan semuanya memiliki keterangan yang menyenangkan untuk dikonsumsi dan dijadikan amalan. Jodoh, Allah SWT telah tentukan sebelum manusia (adam dan hawa) lahir ke dunia bahkan sebelum manusia pertama itu sendiri diciptakan, telah Allah Swt gariskan. Seorang manusia (hamba Allah), memiliki pilihan untuk merubah nasibnya sendiri (kaumnya).

Menjemput jodoh (rezeki) yang Allah Azza wa Jalla tetapkan untuk setiap hamba-Nya, sesuatu yg menjadi ketentuan atas setiap hamba Allah dan ciptaan-Nya. Berbeda-beda jalan yang ditempuh dan Ikhtiar yg dilakoni, ada yang optimal disertai dengan doa, ada yg bermain logika dan penalaran serta ada juga dengan pencapaian ilmu yg Allah berikan pada hamba tersebut. Setiap sudut pandang yang dilihat memiliki nilai tambah dan kurang, bila berpacaran menjadi jalan ikhtiar….(tentu seorang hamba Allah yg bersih dan Ikhlas akan menolaknya), bila taaruf menjadi jalan ikhtiarnya (tentu akan beroleh kemudahan, murabbinya, ortunya..pokoke banyak deh kemudahannya), melalui saudara atau sanak famili juga akan beroleh kemudahan (tentu ini juga ada kemudahan dan tantangan) dan banyak lagi yang lainnya.

Bagaimana dengan ketika jodoh dan cinta itu datang, tak lama berselang dari sebuah perkenalan. Proposal menikah di depan mata, sebuah tawaran yang dinanti terlontar dari lawan jenis. Jawaban pun diberikan, diterima. Koordinasi dengan orang tua..kaum hawa minta agar proposal itu disampaikan secara langsung oleh kaum adam, sedang kaum adam setelah jawaban diterima dan fix, hrs berkoordinasi terlebih dahulu dgn orang tuanya baru kemudian disampaikan pd calon mertua.

Berbagai tanggapan muncul manakala hal itu terjadi, ada yg akan meragukan keterujian pernikahan yg direncanakan, ada yang merespon positif, ada juga yang memberikan respon negatif. Meragukan, tidak jarang sebuah pernikahan dengan pendekatan selama bertahun-tahun harus berakhir pada sebuah perceraian, padahal secara gitu lho..bertahun-tahun = teruji (menurut umum). Respon positif, “pernikahan itu indah karena setelah menikah kalian bisa lebih mengenal dan saling memahami dengan lebih indah”..bila kita melihat respon seperti ini langkah akan semakin MANTAP. “Pikir-pikirlah lebih matang..pernikahan itu seumur hidup”…respon begini biasanya para orang tua yang menghendaki anak-anaknya agar berpikir lebih jernih, agar mengetahui alasan diri (tafakur kale yaa) memasuki sebuah kehidupan baru. “Mau menikah..dah berapa lama kenalnya..?? bla..bla..bla..dll”…respon begini mungkin karena pemikiran dan nalarnya yang berjalan menurut pola pikirnya yg membatasi segala sesuatu berdasarkan sebuah jawaban. “Hendak menikah..dah ada biayanya gitu..?? Bla..bla..etc”..respon seperti ini yg agak mengkhawatirkan, semua ada ukuran dan takaran materi…dia menakar sebuah kehidupan rumah tangga dari sudut pandang sempit duniawi..matre (dia aja lahir hanya bawa makanan cair dr induknya). Ada juga yang “Waduh nikah…iya ngga pa-pa sok aja klo dah cocok” ..^_^.. nah ini yang enak (cat : kaum adamnya diidentifikasi salih). Ada lagi…”Menikah,…waduh pilihlah yang benar-benar baik..jangan sampai harus berakhir di akhir jalan..belum lama menikah dah cerai..kan repot, bla..bla..etc” yg begini sih ok juga, hanya saja kita ini manusia (ciptaan) bukan pencipta..meneketehe yang akan terjadi di esok hari..jgn terlalu khawatir bila yang akan menikahnya memiliki basic siap, pandai, iman dan taqwa…nah repot itu klo basicnya hanya mampu.

Itu hanya sebagian kecil..dari banyak respon yg bisa datang dan menjadi jawaban..perkara yg lbh jauh lagi hendaknya kita serahkan pada Allah Azza wa Jalla..sebagaimana semua yang telah kita jalani dalam kehidupan yang lagi-lagi diberikan sebagai karunia dari Allah Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, sebelumnya niatkan Lillahi ta’ala..sebelum mengucapkan niat baik untuk menikah hendaknya shalat sunat memohon petunjuk-Nya (Istikharah), pada saat mengajukan proposal menikah hendaknya memperbanyak mengucap basmallah..agar diberikan yg terbaik menurut Ilmu dan Qadar Allah Swt...pada saat ijab qabul pun senantiasa mengingat-Nya…dan setelah menikah pun senantiasa bersyukur kepada-Nya. InsyaAllah.. mantap.

Cat : Bagi kaum hawa harus benar-benar memperhatikan pilihannya, ketahuilah berbagai kriteria, karakter dan parameter ukur kebahagiaan pernikahan, yang terbaik dari Al-Quran & As-Sunah, dari buku-buku tentang pernikahan secara islami, dari sumber-sumber yang lain , dll. Kaum Adam bila harus mengalami perpisahan (cerai), ngga bawa apa-apa juga bisa ibadah lagi, dengan dan di tempat yang lain, sedangkan klo kaum hawa bisa juga..hanya akan sedikit ribet..

AKU Tertipu dia

Setiap fitrah manusia ketika ia dipaksakan berjalan dan hidup melenceng dari garis / jalurnya akan meninggalkan kegalauan demi kegalauan hidup. Dari mulai hati yang semakin hari semakin kosong, seakan hidup tanpa arah / tujuan, semangat hidup yang lemah, kesenangan yang cuma sekedar lewat, dan sebagainya ....
Akhirnya tiada satupun hal dari perjalanan hidupnya itu memberi kesan berarti, ia sedih tapi tidak tahu kenapa, ia tertawa namun detik berikutnya ia menangis teramat pilu ...
Semua yang di depan matanya tak ia rasakan sebagai sebuah kedamaian. Hartanya, jabatannya, pasangan hidupnya, hobbinya, istirahatnya, aktifitasnya, dan semuanya ia rasakan beku .... kosong .... sekejap .... hambar ...!
Rosulullah SAW pernah memberikan nasehat : " Kebahagiaan itu disini (sambil menunjuk dada beliau) "
Yupz ... disanalah bersemayam fitrah diri, disanalah ada semua impian dan kebahagiaan ... Jangan biarkan gersang, sirami dengan ketaatan kepada NYA dan Rosul NYA, cinta sesama karena Nya, jujur terhadap diri sendiri maupun kepada selain dirinya, dan terpenting : JAUHILAH DOSA DAN MAKSIAT pada NYA !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar